Penyebab Penyakit Kista Rahim Kenali Gejalanya Sedini Mungkin
BERITA KESEHATAN

Penyebab Penyakit Kista Rahim Kenali Gejalanya Sedini Mungkin

Pino Poker Lounge – Penyebab Penyakit Kista Rahim Kenali Gejalanya Sedini Mungkin Penyebab penyakit kista rahim merupakan hal yang patut diperhatikan oleh para wanita.

Kista dapat terbentuk akibat infeksi, penyumbatan, radang yang terjadi dalam jangka panjang. Faktor lain adalah keturunan. Penyakit kista rahim dapat menyerang siapapun, hal ini salah satunya ditandai munculnya benjolan berbentuk kantung yang terisi cairan yang dapat muncul pada bagian tubuh. Poker Online

Penyakit kista dikategorikan sebagai tumor jinak yang tidak berbahaya. Namun keberadaanya berpotensi berubah menjadi tumor ganas seiring berjalanya waktu jika tidak diberi penanganan. Karena tergolong tumor, penyakit kista dapat ditemukan di berbagai organ tubuh seperti ginjal, pankreas, hati, rahim, dan kulit. Lokasi penyakit kista yang paling sering dialami wanita berada di dalam indung telur atau ovarium.

Penyakit kista biasanya bisa didiagnosis dari awal. Terkadang benjolan dapat dirasakan dengan mudah, terutama jika benjolan terletak di kulit atau pada organ yang mudah terdeteksi. Jika tidak bisa terdeteksi maka dilakukan teknik imaging yang sangat berguna untuk mendeteksi benjolan, seperti ultrasound, X-ray, CAT scans dan MRI.

Selain itu, untuk mendeteksi penyakit kista rahim bisa dilakukan biopsi jarum yang digunakan untuk menentukan apabila jaringan ganas terkait dengan struktur seperti benjolan. Biopsi juga dapat digunakan untuk mengurangi ukuran benjolan. Untuk kista ovarium, terkadang terdapat kekhawatiran bisa menyebabkan kanker.

Dokter akan mempersiapkan tes darah untuk melihat kadar tinggi zat kimia yang mengindikasi kanker indung telur. Berikut dirangkut Liputan6.com Selasa 

Berikut Penyebab Penyakit Kista Rahim Kenali Gejalanya Sedini Mungkin

Mengenal kista rahim dan jenisnya

Ilustrasi rahim (iStock)
Ilustrasi rahim (iStock)

Seperti namanya, kista ovarium atau penyakit kista rahim adalah benjolan berisi cairan yang terbentuk di dalam atau permukaan ovarium (indung telur). Pada umumnya penyakit kista rahim tidak menimbulkan gejala apapun akan tetapi jika ukuran nya cukup besar dapat menimbulkan nyeri pada panggul, punggung bagian bawah, dan paha.

Penyebab penyakit kista rahim umumnya dapat ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Namun pada kasus yang jarang terjadi, penyakit kista rahim dapat muncul akibat pertumbuhan sel yang tidak normal. 

Setiap wanita umumnya memiliki satu kista rahim sekali di dalam hidupnya, tetapi tidak semua berbahaya dan cenderung bisa hilang sendirinya. Namun, yang perlu diwaspadai adalah jika benjolan tersebut tidak mau hilang, membesar, lalu pecah. Hal inilah yang menyebabkan gejala penyakit kista rahim.

Umumnya terdapat dua jenis kista ovarium, yaitu :

– Kista rahim fungsional, ini merupakan jenis kista yang paling umum. Benjolan ini biasanya berkembang karena bagian dari siklus menstruasi. Jenis kista ini tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya

– Kista rahim patologis, benjolan ini berkembang karena pertumbuhan sel yang tidak normal. Biasanya kondisi ini memerlukan perawatan khusus untuk menanganinya

Penyebab penyakit kista rahim: usia dan obat kemoterapi

Obat
Ilustrasi/copyright shutterstock.com/megaflopp

1. Usia

Wanita yang berusia di antara pubertas sampai menopause memiliki resiko tinggi untuk terkena di bagian ovarium, karena pada masa itu wanita masih mengalami periode menstruasi.

Saat wanita mengalami menstruasi, munculnya benjolan cairan di ovarium bisa saja terbentuk. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi menopause untuk menderita kista ovarium. Meski tidak banyak kasus yang terjadi, namun apabila terdapat benjolan berisi cairan pada wanita menopause justru berisiko tinggi menderita kanker ovarium.

2. Obat kemoterapi (Tamoxifen)

Wanita yang menjalani kemoterapi dengan tamoxifen memiliki resiko adanya benjolan di ovarium yang lebih tinggi. Tamoxifen dapat menyebabkan benjolan di ovarium. Namun benjolan ini bisa saja hilang setelah kemoterapi selesai dilakukan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *